page

Thursday, February 24, 2011

18 Perkara Yang Membuat Dosa Diampuni


Allah Swt berfirman :
“Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Padahal Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS Al-Maidah [5] ayat 74)

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas
terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya.
Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS Al-Zumar [39] ayat 53)

1. BERTAUBAT
Al-Quran yang suci mengatakan :”Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri , mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS Ali Imran [3] ayat 135)

“Maka barangsiapa bertaubat sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al-Maidah [5] ayat 39)

2. BERBAKTI DAN MENDOAKAN KEDUA ORANGTUA
Al-Quran yang mulia mengatakan : “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah. Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni’mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri. Mereka itulah orang-orang yang Kami terima dari mereka amal yang baik yang telah mereka kerjakan dan Kami ampuni kesalahan-kesalahan mereka, bersama penghuni-penghuni surga, sebagai janji yang benar yang telah dijanjikan kepada mereka.” (QS Al-Ahqaf [46] : 15-16)

2. MENGIKUTI PETUNJUK, DAN WASIAT RASULULLAH SAW SERTA MEMULIAKANNYA
Al-Quran yang mulia mengatakan: “Katakanlah: “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad Saw), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Ali Imran [3] ayat 31)

“Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka itulah orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan pahala yang besar.” (QS Al-Hujurat [49] ayat 3)

3. INFAQ
Allah Swt berfirman : “Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan balasannya kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun.” (QS Al-Taghabun [64] ayat 17)

4. BALASAN DI DUNIA
Imam Ja’far al-Shadiq as berkata, “Apabila Allah menghendaki kebaikan atas seseorang hamba maka Allah segerakan balasannya di dunia. Sebaliknya jika Allah menghendaki keburukkan atas seorang hamba maka ditundalah balasannya sehingga ia mendapatkannya di Hari Qiyamat.” (Bihar al-Anwar 81:177)

5. SABAR ATAS UJIAN HIDUP
Al-Quran suci mengatakan : “..kecuali orang-orang yang sabar, dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar. (QS Hud [11] ayat 11)

Rasulullah saww bersabda, “Sesungguhnya seorang mu’min itu apabila melakukan dosa maka diujilah dia dengan kefakiran maka apabila ia sabar niscaya hal itu menjadi penghapus dosanya. Atau diuji ia dengan penyakit, maka apabila ia sabar niscaya hal itu menjadi penghapus dosanya atau ia diuji dengan rasa ketakutan dari Sultan (raja) yang menuntutnya, maka hal itupun menjadi penghapus dosanya atau ia dicoba sehingga ia menemui kematiannya maka ketika ia berjumpa dengan Allah maka tidak ada lagi dosa-dosanya dan Allah memasukkannya ke dalam surga.” (Bihar al-Anwar 81 : 199)

6. MUSIBAH
Rasulullah saww bersabda, “Tidaklah menimpa musibah kepada seorang mu’min laki-laki dan perempuan atas dirinya dan hartanya serta anaknya sehingga ketika ia menjumpai Allah maka tidak ada lagi kesalahan padanya.”
(Bihar al-Anwar 67 : 236)

7. SIKSA KUBUR DI ALAM BARZAKH
Imam Ali ar-Ridha as berkata, “[Di dalam firman-Nya : “Pada waktu itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya.” (QS Al-Rahman [55] ayat 39)], “Sesungguhnya barangsiapa yang memiliki keyakinan yang benar lalu dia berbuat dosa dan dia tidak sempat bertaubat di dunia, maka diazablah ia di Alam Barzakh sampai ketika ia di hari Qiyamat tidak ada lagi dosanya dan tidak pula ia ditanya tentang itu” (Tafsir Nur ats-Tsaqalain 5 : 155)

8. PENYAKIT
Imam Ali ar-Ridha as berkata, “Sakit bagi orang mu’min merupakan penyucian (atas dosanya) dan juga rahmat. Tetapi bagi orang yang ingkar, sakit adalah ’azab dan laknat dan sesungguhnya penyakit bagi seorang mu’min adalah penghapus dosa.” (Bihar al-Anwar 81 : 183)

Rasulullah saww bersabda, “Sesungguhnya penyakit itu membersihkan jasad dari dosa-dosa sebagaimana alat peniup pandai besi membersihkan karat dari besi.” (Bihar al-Anwar 81 : 197)

Ditanyakan kepada Amirul Mu’minin as tentang penyakit yang menimpa seorang bayi, beliau menjawab, “Itu merupakan penghapus dosa (kafarat) bagi orang tuanya.” (Bihar al-Anwar 81 : 186)

Allah Ta’ala berfirman (di dalam hadits Qudsi), “Ahli taat-Ku dalam jamuan-Ku, dan ahli syukur-Ku dalam limpahan-Ku, dan ahli dzikir-Ku dalam nikmat-Ku, tapi ahli maksiat kepada-Ku tidak ada bagian untuk mereka dari rahmat-Ku. Tetapi jika mereka bertaubat maka Aku adalah kekasihnya, dan apabila mereka berdoa maka Aku akan jawab doanya dan apabila mereka sakit, Aku yang akan menyembuhkannya dan Aku akan mengobati mereka dengan ujian dan musibah untuk membersihkan mereka dari dosa-dosa dan cela.”
(Bihar al-Anwar 77 : 42)

9. KESEDIHAN
Rasulullah saww bersabda, “Apabila seorang mu’min telah banyak dosa-dosanya dan ia belum mengamalkan apa-apa yang dapat menghapus dosa-dosanya maka Allah akan mengujinya dengan kesedihan demi menghapus dosa-dosanya.” (Bihar al-Anwar 73 : 157)

Imam Ja’far ash-Shadiq as berkata, “Sesungguhnya kesedihan itu menghapus dosa orang muslim.” (Bihar al-Anwar 73 : 157)
‎10. KESUSAHAN DI DALAM MENCARI PENGHIDUPAN (NAFKAH)
Rasulullah saww bersabda, “Sesungguhnya ada dosa di antara dosa-dosa yang tidak dapat dihapus dengan shalat dan tidak juga dengan sedekah.”, maka ditanyakan kepada Nabi saww, “Apakah yang dapat menghapusnya wahai Rasulullah?”, jawab Nabi, “Kesusahan di dalam mencari penghidupan.”
(Bihar al-Anwar 73 : 157)

11. TAQWA, KEJUJURAN, PERBUATAN BAIK, DAN AMAL SHALIH
Allah SwT berfirman, “Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Dia menutupi kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.”
(QS Al-Thalaq [65] ayat 5)

“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat”
(QS Hud [11] ayat 114)

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mu’min , laki-laki dan perempuan yang tetap dalam keta’atannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.”
(QS Al-Ahzab [33] ayat 35)

“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menta’ati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.”
(QS Al-Ahzab [33] 70-71)

Lihat ayat-ayat lainnya : QS 34:4; 35:7; 36:11, 67:12

12. AKHLAQ YANG BAIK
Imam Ja’far ash-Shadiq as berkata, “Sesungguhnya akhlaq yang baik itu menghapus kesalahan (dosa) sebagaimana matahari mencairkan es dan sesungguhnya akhlaq yang buruk itu merusak amal (baik) sebagaimana cuka merusak madu.” (Bihar al-Anwar 71 : 356)

Rasulullah saww bersabda,“4 hal yang dapat menghapus dosa dan Allah gantikan dengan kebaikan : 1. Shadaqah, 2. Malu, 3. Akhlaq yang baik, 4. Rasa syukur.” (Bihar al-Anwar 71 : 332)

13. MEMPERBANYAKKAN SUJUD
Imam Ja’far ash-Shadiq as berkata, “Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah saww dan berkata,“Wahai Rasulullah, telah banyak dosa-dosaku tapi sedikit amalku,” maka Rasul saww bersabda, “Perbanyaklah sujud karena sujud itu menggugurkan dosa sebagaimana angin menggugurkan dedaunan dari pohon” (Bihar al-Anwar 85 : 162)

14. HAJJI DAN UMRAH
Imam Ali bin Abi Thalib as berkata, “Sesungguhnya Rasulullah saww telah bersabda, ”Dari satu umrah ke umrah berikutnya merupakan penghapus dosa yang ada di antara keduanya dan hajji yang diterima (Allah) balasannya adalah syurga dan ada suatu dosa di antara dosa-dosa yang tidak dapat diampuni kecuali dengan wukuf di ‘Arafah.” (Bihar al-Anwar 99 : 50)

Imam Ali as berkata, ”Menjalani hajji ke Bait Allah dan umrahnya, keduanya menghapus kefakiran dan mencuci dosa.” (Nahjul Balaghah, Khutbah ke 110)

15. BERDOA, BERISTIGHFAR DAN BERZIKIR
Al-Quran yang mulia mengatakan : “Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia memohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(QS Al-Nisa [4] ayat 110)

16. BANYAK MEMBACA SHALAWAT KEPADA NABI MUHAMMAD DAN KELUARGANYA
Imam Ali Ar-Ridha as berkata, “Barangsiapa yang belum mampu untuk menghapus dosa-dosanya maka perbanyaklah shalawat kepada Muhammad dan keluarganya, karena yang demikian itu dapat merontokkan dosa serontok-rontoknya” (Bihar al-Anwar 94 : 47)

17. HIJRAH, BERJIHAD DI JALAN ALLAH & MENAMPUNG KAUM MUHAJIRIN *]
Al-Quran yang mulia mengatakan :”Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya : “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain . Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik.” (QS Ali Imran [3] ayat 195)

“Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan , mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki yang mulia.” (QS Al-Anfal [8] ayat 74)

Lihat juga ayat-ayat : QS Al-Shaff [61] : 11-12;

18. KEMATIAN
Rasulullah saww bersabda, “Kematian dapat menjadi penebus dosa-dosa orang-orang beriman.” (Amali lil-Mufid, h. 166)

“Tidak ada do’a mereka selain ucapan:
“Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami
dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan
dalam urusan kami
dan tetapkanlah pendirian kami,
dan tolonglah kami terhadap kaum yang ingkar.”
(QS Ali Imran [3] ayat 147)

“Ya Tuhan kami,
sesungguhnya kami mendengar
(orang) yang menyeru kepada iman :
“Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”,
maka kamipun beriman.
Ya Tuhan kami,
ampunilah bagi kami dosa-dosa kami
dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami,
dan wafatkanlah kami beserta
orang-orang yang banyak berbakti.”
(QS Ali Imran [3] ayat 193)

Amin ya Ilahi Rabbi…

Keagungan Muhammad SAW (2)


Yaa Rasulullah , Pribadimu Sungguh Menawan...
Siapa di antara Kita yang membaca akhlak Muhammad saw., kemudian jiwanya tidak larut, matanya tidak berlinangan dan hatinya tidak bergetar ? Siapa di antara Kita yang mampu menahan emosinya ketika membaca biografi seorang yang sangat dermawan, mulia, lembut dan tawadhu’? Siapa yang mengkaji sirah hidup beliau yang agung, perangai yang mulia dan akhlak yang terpuji, kemudian dia tidak menagis, sembari berikrar, “Saya bersaksi bahwa Engkau adalah utusan Allah.”?

Duhai, kiranya kita mampu melaksanakan cara hidup, cinta dan akhlak yang mulia dari teladan agung dalam kehidupan. Kita bergaul dengan orang lain, lihatlah
Muhammad saw. memperlakukan musuh-musuhnya. Beliau bersabda,
“Sesungguhnya Allah menyuruhku agar menyambung orang yang memutuskanku, memberi kepada orang yang menahanku, dan memaafkan terhadap orang yang mendzalimiku.”Duhai, kiranya kita memperlakukan saudara seiman kita, sebagaimana Muhammad saw. memperlakukan orang-orang munafik, beliau memaafkan mereka, memintakan ampun terhadap mereka dan menyerahkan rahasia mereka kepada Allah swt.
Duhai, sekiranya kita memperlakukan anak-anak kita, sebagaimana Muhamamd saw. memperlakukan pembantu dan pekerjanya. Ketika pembantu kecil Muhamamd saw. sedang sakit, beliau. membesuk dan duduk di dekat kepalanya seraya mengajak untuk masuk Islam. Pembantu kecil itu masuk Islam, maka Muhammad gembira seraya berkata, “Segala puji bagi Allah swt yang telah menyelamatkan dirinya dari api neraka.”
“Seorang Yahudi menagih hutang kepada Muhamamd saw. dengan marah-marah, kasar, dan tidak sopan di depan banyak orang. Muhammad saw. tersenyum dan menghadapinya dengan lembut. Tak disangka si Yahudi itu masuk Islam, mengucapkan syahadat, “Saya bersaksi bahwa Engkau utusan Allah.” Karena saya baca di Taurat tentang Engkau, yaitu ketika saya tambah marah, justeru Engkau tambah lembut menghadapiku.” Begitu pengakuan si Yahudi.
Duhai, kiranya kita memperlakukan kerabat kita, meskipun mereka berbuat buruk kepada kita, sebagaimana Muhammad saw. memperlakukan kerabat dan kaumnya. Karena kerabat dan kaum Muhamamd saw. menyakitinya, mengusirnya, mengejeknya, menolaknya, memeranginya. Namun, beliau tetap menghadapinya. Ketika beliau menaklukkan Makkah, posisi beliau sebagai pemenang, penentu kebijakan, namun beliau berdiri berpidato mengumumkan bahwa beliau memaafkan semuanya. Sejarah telah mencatat dan momentum telah menjadi saksi dengan sabda beliau,
”Allah telah mengampuni kalian, pergilah, kaliah bebas.”

Sewaktu Penduduk Thaif melempari Muhammad saw. sampai beliau berdarah-darah. Beliau menghapus darah segar yang mengalir dari tubuhnya sambil berdo’a, :
”Ya Allah, ampuni kaumku, karena mereka tidak mengetahui.”Muhammad saw. pernah dicegat oleh seorang Arab badawi di tengah jalan, beliau hanya berdiri lama berhadapan, dan tidak berpaling sampai orang badawi itu berlalu dengan sendirinya.
Suatu hari Beliau ditanya oleh seorang nenek tua, beliau dengan tekun, hangat dan penuh perhatian menjawab pertanyaannya. Muhamamd saw. juga membawa seorang anak kecil yang berstatus hamba sahaya, beliau menggandeng tanganyya mengajak berjalan-jalan.
Muhammad saw. senantiasa menjaga kehormatan seseorang, memuliakan seseorang, melaksanakan hak-hak seseorang. Muhammad saw. tidak pernah mengumpat, menjelekkan, melaknat, menyakiti, dan tidak merendahkan seseorang.
Muhammad saw. ketika hendak menasehati seseorang, beliau berkata, “Kenapa suatu kaum melaksanakan ini dan itu? Artinya, beliau tidak langsung menyalah orang tersebut. Beliau bersabda, “Mukmin itu tidak mencela, melaknat dan juga tidak keras perangainya. Beliau juga bersabda, “Sesungguhnya yang paling saya cintai di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya dengan saya kelak di hari Kiamat adalah yang paling baik akhlaknya di antara kalian.”

Muhamamd saw. merapikan sandalnya, menjahit bajunya, menyapu rumahnya, memeras susu kambingnya, mendahulukan sahabatnya soal makanan. Muhammad saw. tidak suka pujian.
Muhamamd saw. sangat peduli terhadap fakir miskin, beliau berdiri membela orang yang terdzalimi, beliau bertandang ke orang papa, menengok orang sakit, mengantarkan jenazah, mengusap kepala anak yatim, santun terhadap perempuan, memuliakan tamu, memberi makan yang lapar, bercanda dengan anak-anak, dan menyayangi binatang.Suatu ketika para sahabat memberi saran kepada Muhammad saw, “Tidakkah Engkau membunuh gembong kejahatan, seorang pendosa dan otak munafik, yaitu Abdullah bin Ubai bin Salul? Beliau menjawab, “Tidak, karena manusia nanti mengira bahwa Muhammad telah membunuh sahabatnya.”
Boleh jadi kita telah membaca biografi orang-orang besar, tokoh terkenal, ilmuwan, reformis, mujaddid, namun ketika kita membaca sirah kehidupan Muhammad saw. seakan-akan kita tidak mengenal selain dirinya, kita tidak mengakui selain dirinya. Tokoh-tokoh itu rasaya kecil di mata kita, hilang dalam ingatan kita, pupus dalam pikiran kita, yang ada hanya kebesaran Muhammad saw.:

Bayang-bayang Engkau selalu menghampiriku setiap saat
Ketika aku berpikir, pikiranku tertuju kepadamu
Saya berteriak lantang
Zamanmu bak taman indah nan menghijau
Aku mencintaimu, cinta yang tidak bisa ditafsirkanSungguh, Engkau tidak akan pernah hilang dari ingatan kami. Engkau ada di hati kami. Engkau bersemayam dalam jiwa kami. Engkau terukir dalam benak kami. Engkau berada di pendengaran dan penglihatan kami. Engkau mengalir dalam aliran darah kami. Engkau berada di sendi-sendi setiap jasad kami. Engkau hidup dalam seluruh anggota badan kami. Yaitu dalam sunnahmu, petunjukmu, ajaran luhurmu, akhlakmu yang mulya.
Kami bela Engkau dengan jiwa kami. Kami bela Engkau dengan anak-anak dan keluarga kami semua. Nyawa-nyawa kami sebagai tebusan atas jiwa Engkau. Kehormatan kami, kami pertaruhkan untuk membela kehormatan Engkau.

Apakah Engkau bertanya tentang umur kami? Engkaulah umur kami
Engkau bagi kami melegenda, karena Engkau seorang “Pembebas”
Luluh lebur ketokohan manusia, sehebat apapun
Karena setiap saat Engkau agung di hati kamiShalawat dan salam atasmu ketika orang-orang yang berdzikir mengingatmu. Shalawat dan salam atasmu ketika orang yang lalai tidak pernah mengingatmu.
Keagungan Muhammad SAW (3)
Keagungan Muhammad SAW (4)MUHAMMAD DENGAN PENGEMIS YAHUDI
Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, “Wahai saudaraku, jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya.”
Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawakan makanan, dan tanpa berucap sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah SAW yang dihinanya setiap hari. Rasulullah SAW melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat.

Setelah wafatnya Rasulullah SAW, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatu hari sahabat terdekat Rasulullah SAW yakni Abubakar RA berkunjung ke rumah anaknya Aisyah RA yang tidak lain tidak bukan merupakan isteri Rasulullah SAW dan beliau bertanya kepada anaknya itu, “Anakku, adakah kebiasaan kekasihku yang belum aku kerjakan?”
Aisyah RA menjawab, “Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu pun kebiasaan Rasulullah yang belum ayah lakukan kecuali satu saja.” “Apakah Itu?,” tanya Abubakar RA. “Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada disana,” kata Aisyah RA.Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abubakar RA mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar RA mulai menyuapinya, sipengemis marah sambil menghardik, ”Siapakah kamu?” Abubakar RA menjawab, ”Aku orang yang biasa (mendatangi engkau).” ”Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku,” bantah si pengemis buta itu.

”Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut, setelah itu ia berikan padaku,” pengemis itu melanjutkan perkataannya.
Abubakar RA tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, ”Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW.”Mendengar penjelasan Abubakar RA, seketika itu juga pengemis itu meledak tangisnya, sangat menyesal, dan dalam basahnya air mata ia berkata, ”Benarkah itu? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, tapi ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia, begitu agung…. ”
“ Asyhadu an laa ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan Rosuulullah “ Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar RA saat itu juga dan sejak hari itu menjadi muslim.
Sahabat…. Begitu indahnya akhlaq beliau, Orang Kafir Yahudi yang setiap saat mengejek, menghina, memfitnah bukan dijadikan musuh malah disantuni bukan sekali-sekali tapi seumur hidup beliau , mengapa kita yang disinggung atau dikritik sedit saja harus menghancurkan segalanya ? ada apa dengan kita ? meneladani siapakah kita hidup yang sejenak ini ? adakah sosok lain selain Rasulullah SAW yang layak kita teladani di semua sisi kehidupannya ? tidakkah kita berusaha sedikit demi sedikit meneladani Beliau ?
Keagungan Muhammad SAW (5)
Kesederhanaan Nabi Muhammad SAW
Ketika Islam telah memiliki pengaruh yang sedemikian kuat dan disegani, dan ketika para raja-raja di Romawi bergelimang harta, maka Rasulullah masih saja tidur beralaskan tikar di rumahnya yang sederhana. Kalau ada pakaian yang koyak, Rasulullah menambalnya sendiri, tidak menyuruh isterinya. Beliau juga memerah sendiri susu kambing, untuk keperluan keluarga maupun untuk dijual.
Setiap kali pulang ke rumah, bila dilihat tiada makanan yang siap untuk dimakan, sambil tersenyum baginda menyingsing lengan bajunya untuk membantu isterinya di dapur. Sayidatina ‘Aisyah menceritakan: ”Kalau Nabi berada di rumah, beliau selalu membantu urusan rumah tangga.”
Jika mendengar adzan, beliau cepat-cepat berangkat ke masjid, dan cepat-cepat pulang kembali sesudah selesai sholat. Pernah baginda pulang pada waktu pagi. Tentulah baginda amat lapar waktu itu. Tetapi dilihatnya tiada apa pun yang ada untuk sarapan. Yang mentah pun tidak ada karena Sayidatina ‘Aisyah belum ke pasar. Maka Nabi bertanya, “Belum ada sarapan ya Khumaira?” (Khumaira adalah panggilan mesra untuk Sayidatina ‘Aisyah yang berarti ‘Wahai yang kemerah-merahan’). Aisyah menjawab dengan agak serba salah, “Belum ada apa-apa wahai Rasulullah.” Rasulullah lantas berkata, ”Kalau begitu aku puasa saja hari ini.” tanpa sedikit tergambar rasa kesal di wajahnya. Ini sesuai dengan sabda beliau, “sebaik-baik lelaki adalah yang paling baik dan lemah lembut terhadap isterinya.” Prihatin, sabar dan tawadhu’nya baginda SAW sebagai kepala keluarga.

Pada suatu ketika baginda menjadi imam solat. Dilihat oleh para sahabat, pergerakan baginda antara satu rukun ke satu rukun yang lain amat sukar sekali. Dan mereka mendengar bunyi menggerutup seolah-olah sendi-sendi pada tubuh baginda yang mulia itu bergeser antara satu sama lain. Sayidina Umar yang tidak tahan melihat keadaan baginda itu langsung bertanya setelah selesai sholat :
“Ya Rasulullah, kami melihat seolah-olah tuan menanggung penderitaan yang amat berat, tuan sakitkah ya Rasulullah?”
“Tidak, ya Umar. Alhamdulillah, aku sehat dan segar”
“Ya Rasulullah… mengapa setiap kali tuan menggerakkan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi bergesekan di tubuh tuan? Kami yakin engkau sedang sakit…” desak Umar penuh cemas.
Akhirnya Rasulullah mengangkat jubahnya. Para sahabat amat terkejut. Perut baginda yang kempis, kelihatan dililiti sehelai kain yang berisi batu kerikil, buat menahan rasa lapar. Batu-batu kecil itulah yang menimbulkan bunyi-bunyi halus setiap kali bergeraknya tubuh baginda.
“Ya Rasulullah! Adakah bila tuan menyatakan lapar dan tidak punya makanan, kami tidak tidak boleh menyediakan untukmu ya Rosulullah ?”
Lalu baginda menjawab dengan lembut,
”Tidak para sahabatku. Aku tahu, apa pun akan engkau korbankan demi Rasulmu. Tetapi apakah akan aku jawab di hadapan ALLAH nanti, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban kepada umatnya?” “Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah ALLAH buatku, agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini lebih-lebih lagi tiada yang kelaparan di Akhirat kelak.”Baginda Rasulullah pernah tanpa rasa canggung sedikitpun makan di sebelah seorang tua yang penuh kudis, miskin dan kotor.
Seolah-olah anugerah kemuliaan dari Allah tidak dijadikan sebab untuk merasa lebih dari yang lain, ketika di depan umum maupun dalam keseorangan.

Ketika pintu Syurga telah terbuka, seluas-luasnya untuk baginda, baginda masih saja berdiri di waktu-waktu sepi malam hari, terus-menerus beribadah, hingga pernah baginda terjatuh, lantaran kakinya sudah bengkak-bengkak. Fisiknya sudah tidak mampu menanggung kemauan jiwanya yang tinggi. Hingga ditanya oleh Sayidatina ‘Aisyah,
“Ya Rasulullah, bukankah engkau telah dijamin Syurga? Mengapa engkau masih bersusah payah begini?”
Jawab baginda dengan lunak,
“Ya ‘Aisyah, bukankah aku ini hanyalah seorang hamba? Sesungguhnya aku ingin menjadi hamba-Nya yang bersyukur.”Ahmad mengeluarkan dengan isnad yang shahih, dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhuma, dia berkata, “Umar bin Al-Khaththab ra. bercerita kepadaku,
“Aku pernah memasuki rumah Rasulullah Shallailahu Alaihi wa Sallam, yang saat itu beliau sedang berbaring di atas selembar tikar. Setelah aku duduk di dekat beliau, aku baru tahu bahwa beliau juga menggelar kain mantelnya di atas tikar, dan tidak ada sesuatu yang lain, Tikar itu telah menimbulkan bekas guratan di lambung beliau. Aku juga melihat di salah satu pojok rumah beliau ada satu takar gandum. Di dinding tergantung selembar kulit yang sudah disamak. Melihat kesederhanaan ini kedua mataku meneteskan air mata.
“Mengapa engkau menangis wahai Ibnul-Khaththab?” tanya beliau “Wahai Nabi Allah, bagaimana aku tidak menangis jika melihat gurat-gurat tikar yang membekas di lambung engkau itu dan lemari yang hanya diisi barang itu saja? Padahal Kisra dan Kaisar hidup di antara buah-buahan dan sungai yang mengalir. Engkau adalah Nabi Allah dan orang pilihan-Nya, sementara lemari engkau hanya seperti itu.
“Wahai Ibnul-Khaththab, apakah engkau tidak ridha jika kita mendapatkan akhirat, sedangkan mereka hanya mendapatkan dunia? ”

Sahabat…., Begitulah dunia dimata Junjungan Kita SAW…
Bagaimana dunia di sisi kita ?
Yaa Robb, jadikan Kami lebih mencintai akhirat di banding dunia..
Sungguh berat mamang mentauladani Rosulalloh, akan tetapi kita wajib memproses diri dan berusaha secara maksimal untuk mengcopy paste Beliau kendati hasilnya tidak 100% karena Allah tidak semata menilai keberhasilan kita tapi proses itulah yang senantiasa dicatat.Keagungan Muhammad SAW (6)
Rosulullah dengan Pendeta Yahudi
Suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tengah melawat satu jenazah, datanglah seorang Yahudi bernama Zaid bin Su’nah menemui beliau untuk menuntut hutangnya.
Yahudi itu menarik ujung jubah dan selendang beliau sambil memandang dengan wajah yang bengis. Dia berkata: “Ya Muhammad, lunaskanlah hutangmu padaku!” dengan nada yang kasar.
Melihat hal itu Umar r.a pun marah, ia menoleh ke arah Zaid si Yahudi sambil mendelikkan matanya seraya berkata: “Hai musuh Allah, apakah engkau berani berkata dan berbuat tidak senonoh terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di hadapanku!” Demi Dzat Yang telah mengutusnya dengan membawa Al-Haq, seandainya bukan kerana menghindari teguran beliau, niscaya sudah kutebas engkau dengan pedangku!”
Beliau berkata:
“Wahai Umar, saya dan dia lebih membutuhkan nasehatmu. Yaitu engkau anjurkan kepadaku untuk menunaikan hutangnya dengan baik, dan engkau perintahkan dia untuk menuntut hutangnya dengan cara yang baik pula. Wahai umar bawalah dia dan tunaikanlah haknya. Serta tambahlah dengan dua puluh sha’ kurma.”
Melihat Umar radhiallahu anhu menambah dua puluh sha’ kurma, Zaid si Yahudi itu bertanya: “Ya Umar, tambahan apakah ini?
Umar radhiallahu anhu menjawab: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkanku untuk menambahkannya sebagai ganti kemarahanmu!”
Si Yahudi itu berkata: “Ya Umar, apakah engkau mengenaliku?” “Tidak, lalu siapakah Anda?” Umar r.a balas bertanya.
“Aku adalah Zaid bin Su’nah” jawabnya.
“Apakah Zaid si PendetaYahudi itu?” tanya Umar lagi.
“Benar!” sahutnya.
Umar lantas berkata: “Apakah yang mendorongmu berbicara dan bertindak seperti itu terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ?
Zaid menjawab: “Ya Umar, tidak satupun tanda-tanda kenabian kecuali aku pasti mengenalinya melalui wajah beliau setiap kali aku memandangnya.
Tinggal dua tanda yang belum aku buktikan, Yaitu: apakah beliau tetap besabar walaupun mendapat perlakuan buruk , dan apakah perlakuan buruk yang ditujukan kepadanya justeru semakin menambah kemurahan hati-nya?”
Dan sekarang aku telah membuktikannya. Aku bersaksi kepadamu wahai Umar, bahawa aku rela Allah S.w.t sebagai Rabbku, Islam sebagai agamaku dan Muhammad sebagai nabiku. Dan Aku bersaksi kepadamu bahawa aku telah menyedekahkan sebahagian hartaku untuk umat Muhammad .
Umar r.a berkata: ” untuk sebagian umat Muhammad S.a.w saja, maksudmu ? sebab hartamu tidak akan cukup untuk dibahagikan kepada seluruh umat Muhammad .” Zaid berkata: “Ya, untuk sebagian umat Muhammad .
Zaid kemudian kembali menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan menyatakan kalimah syahadah “Asyhadu al Laa Ilaaha Illallaahu, wa Asyhadu Anna Muhammadan Abduhu wa Rasuuluhu”. Ia beriman dan membenarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam .” (HR. Al-Hakim dalam kitab Mustadrak dan menshahihkannya).
Keagungan Muhammad SAW (7)
Kekuatan Maaf Rosulullah SAW
Seorang lelaki Arab bernama Tsumamah bin Itsal dari Kabilah Al Yamamah pergi ke Madinah dengan tujuan hendak membunuh Nabi Shalallahu alaihi wa sallam. Segala persiapan telah matang, persenjataan sudah disandangnya, dan ia pun sudah masuk ke kota suci tempat Rasulullah tinggal itu. Dengan semangat meluap-luap ia mencari majlis Rasulullah, langsung didatanginya untuk melaksanakan maksud tujuannya. Tatkala Tsumamah datang, Umar bin Khattab ra. yang melihat gelagat buruk pada penampilannya menghadang. Umar bertanya, “Apa tujuan kedatanganmu ke Madinah? Bukankah engkau seorang musyrik?”
Dengan terang-terangan Tsumamah menjawab, “Aku datang ke negri ini hanya untuk membunuh Muhammad!”.
Mendengar ucapannya, dengan sigap Umar langsung memberangusnya. Tsumamah tak sanggup melawan Umar yang perkasa, ia tak mampu mengadakan perlawanan. Umar berhasil merampas senjatanya dan mengikat tangannya kemudian dibawa ke masjid. Setelah mengikat Tsumamah di salah satu tiang masjid Umar segera melaporkan kejadian ini pada Rasulullah.
Rasulullah segera keluar menemui orang yang bermaksud membunuhnya itu. Setibanya di tempat pengikatannya, beliau mengamati wajah Tsumamah baik-baik, kemudian berkata pada para sahabatnya, “Apakah ada di antara kalian yang sudah memberinya makan?”.
Para shahabat Rasul yang ada disitu tentu saja kaget dengan pertanyaan Nabi. Umar yang sejak tadi menunggu perintah Rasulullah untuk membunuh orang ini seakan tidak percaya dengan apa yang didengarnya dari Rasulullah. Maka Umar memberanikan diri bertanya, “Makanan apa yang anda maksud wahai Rasulullah? Orang ini datang ke sini ingin membunuh bukan ingin masuk Islam!” Namun Rasulullah tidak menghiraukan sanggahan Umar. Beliau berkata, “Tolong ambilkan segelas susu dari rumahku, dan buka tali pengikat orang itu”.
Walaupun merasa heran, Umar mematuhi perintah Rasulullah. Setelah memberi minum Tsumamah, Rasulullah dengan sopan berkata kepadanya, “Ucapkanlah Laa ilaha illa-Llah (Tiada ilah selain Allah).” Si musyrik itu menjawab dengan ketus, “Aku tidak akan mengucapkannya!”. Rasulullah membujuk lagi, “Katakanlah, Aku bersaksi tiada ilah selain Allah dan Muhammad itu Rasul Allah.” Namun Tsumamah tetap berkata dengan nada keras, “Aku tidak akan mengucapkannya!”
Para sahabat Rasul yang turut menyaksikan tentu saja menjadi geram terhadap orang yang tak tahu untung itu. Tetapi Rasulullah malah membebaskan dan menyuruhnya pergi. Tsumamah yang musyrik itu bangkit seolah-olah hendak pulang ke negrinya. Tetapi belum berapa jauh dari masjid, dia kembali kepada Rasulullah dengan wajah ramah berseri. Ia berkata, “Ya Rasulullah, aku bersaksi tiada ilah selain Allah dan Muahammad Rasul Allah.”
Rasulullah tersenyum dan bertanya, “Mengapa engkau tidak mengucapkannya ketika aku memerintahkan kepadamu?” Tsumamah menjawab, “Aku tidak mengucapkannya ketika masih belum kau bebaskan karena khawatir ada yang menganggap aku masuk Islam karena takut kepadamu. Namun setelah engkau bebaskan, aku masuk Islam semata-mata karena mengharap keredhaan Allah Robbul Alamin.”
Pada suatu kesempatan, Tsumamah bin Itsal berkata, “Ketika aku memasuki kota Madinah, tiada yang lebih kubenci dari Muhammad. Tetapi setelah aku meninggalkan kota itu, tiada seorang pun di muka bumi yang lebih kucintai selain Muhammad Rasulullah.”

Sahabat………..
Apakah kita pengikut ajaran beliau?
Tetapi sejauhmana kita bisa memaafkan kesalahan orang? Seberapa besar kita mencintai sesama? kalau tidak, kita perlu menanyakan kembali ikrar kita yang pernah kita ucapkan sebagai tanda kita pengikut beliau…
Sungguh, beliau adalah contoh yang sempurna sebagai seorang manusia biasa. beliau adalah Nabi terbesar, beliau juga adalah Suami yang sempurna, Bapak yang sempurna, pimpinan yang sempurna, teman dan sahabat yang sempurna, tetangga yang sempurna. maka tidak salah kalau Allah mengatakan bahwa Beliau adalah teladan yang sempurna.
Semoga Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada beliau, junjungan dan teladan kita yang oleh Allah telah diciptakan sebagai contoh manusia yang sempurna.Keagungan Muhammad SAW (8)
Manusia Agung, Namun Rendah Hati
Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.”. (QS. al-Furqân: 63)
Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang bersikap tawadhu’ karena mencari ridho Allah maka Allah akan meninggikan derajatnya. Ia menganggap dirinya tiada berharga, namun dalam pandangan orang lain ia sangat terhormat. Barang siapa yang menyombongkan diri maka Allah akan menghinakannya.Ia menganggap dirinya terhormat, padahal dalam pandangan orang lain ia sangat hina, bahkan lebih hina daripada anjing dan babi” (HR. Al Baihaqi)
Inilah manusia Agung selalu berpihak dan sangat hormat kepada yang tua .Suka menjenguk orang yang sakit.Dan Mengasihani orang miskin.
Beliau bantu orang-orang yang lemah. Tidak segan bercengkrama & bergurau dengan anak-anak. Beliaupun suka bermain-main dengan keluarganya.
Beliau sudi berbincang dengan orang biasa yang terdapat di kalangan umat. serta rakyat jelata. Beliau bersedia duduk di atas tanah. Tidur di atas pasir, bertilamkan tanah, dan berbantalkan tikar kasar yang terbuat daripada pelapah kurma.
Beliau merasa puas dengan ketentuan Tuhannya. Beliau tidak pernah tamak terhadap kemasyhuran, kedudukan, atau jabatan yang menggiurkan atau tujuan-tujuan yang bersifat duniawi.
Beliau selalu tersenyum bila berjumpa para shahabat RA.Bila berjabatan tangan, beliau tidak hendak melepaskan sebelum sahabat itu melepaskan tangannya
Sahabat Abdurrahman Ibn Shakr yang lebih dikenal dengan Abu Hurairah r.a. bercerita: Sualu ketika aku masuk pasar bersama Rasulullah SAW. Rasulullah ber-henti, membeli celana .
Mendengar suara Rasulullah SAW, si pedagang celanapun melompat mencium tangan beliau. Rasulullah menarik tangan beliau sambil bersabda: “ltu tindakan orang-orang asing terhadap raja mereka. Aku bukan raja. Aku hanyalah laki-laki biasa seperti kamu.” Kemudian, beliau ambil celana yang sudah beliau beli. Aku berniat akan membawakannya, tapi.. Beliau buru-buru bersabda: ”Pemilik barang lebih berhak membawa barangnya.”
Dari ‘Umar bin al-Khaththab, dia berkata, Rasulullah saw. bersabda: “Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku sebagaimana orang-orang Nashrani memuji ‘Isa bin Maryam. Sesungguhnya aku hanya hamba-Nya maka katakanlah (tentang aku) hamba Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Al-Bukhari:VI/478)
Dari Sahabat Anas bin Malik ra. berkata: “Dahulu ada budak kecil perempuan dari penduduk Madinah meraih tangan Rasulullah saw. Lalu dia mengajak beliau pergi ke mana saja ia suka.” (HR. Al-Bukhari:X/89, Fat-hul Baari, secara mu’alaq) dan (Muslim:XV/82-83, Syarh Muslim, Imam an-Nawawi)
Dari al-Aswad (bin Yazid), dia berkata: “Aku pernah bertanya kepada ‘Aisyah: “Apakah yang biasa dilakukan Rasulullah saw. di rumahnya? ‘Aisyah menjawab: ‘Beliau biasa membantu keluarga; apabila mendengar suara adzan, beliau segera keluar (untuk menunaikan) shalat.” (HR. Al-Bukhari:II/162 Fat-hul Baari).
Manakala seseorang melihatnya gemetar karena karismanya, maka baginda berkata: “Tenangkanlah dirimu, sebab saya adalah anak seorang perempuan biasa yang memakan daging dendeng di Mekkah.”
Tidak ada seorangpun yang lebih mereka cintai daripada Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam . Walaupun begitu, apabila mereka melihat beliau, mereka tidak berdiri untuk menyambut beliau. karena mereka mengetahui bahwa beliau Shalallaahu alaihi wasalam tidak menyukai cara seperti itu.” (HR. Ahmad)
Rasulullah saw bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan, walaupun seberat biji sawi.” (HR. Muslim).
Dalam sebuah kesempatan sahabat Abu Dzar a-Ghifffari r.a pernah bercakap-cakap dalam waktu yang cukup lama dengan Rasulullah S.a.w. Diantara isi percakapan tersebut adalah wasiat beliau kepadanya. Berikut petikannya ;

Aku berkata kepada Nabi S.a.w, “Ya Rasulullah, berwasiatlah kepadaku.” Beliau bersabda, “Aku wasiatkan kepadamu untuk bertaqwa kepada Allah, karena ia adalah pokok segala urusan.” “Ya Rasulullah, tambahkanlah.” pintaku.
“Hendaklah engkau senantiasa membaca Al Qur`an dan berdzikir kepada Allah azza wa jalla, karena hal itu merupakan cahaya bagimu dibumi dan simpananmu dilangit.”
“Ya Rasulullah, tambahkanlah.” kataku.
“Janganlah engkau banyak tertawa, karena banyak tawa itu akan mematikan hati dan menghilangkan cahaya wajah.”
“Lagi ya Rasulullah.”
“Hendaklah engkau pergi berjihad karena jihad adalah kependetaan ummatku.”
“Lagi ya Rasulullah.”
“Cintailah orang-orang miskin dan bergaullah dengan mereka.”
“Tambahilah lagi.”
“Katakanlah yang benar walaupun pahit akibatnya.”
“Tambahlah lagi untukku.”
“Hendaklah engkau sampaikan kepada manusia apa yang telah engkau ketahui dan mereka belum mendapatkan apa yang engkau sampaikan. Cukup sebagai kekurangan bagimu jika engkau tidak mengetahui apa yang telah diketahui manusia dan engkau membawa sesuatu yang telah mereka dapati (ketahui).”
Kemudian beliau memukulkan tangannya kedadaku seraya bersabda,”Wahai Abu Dzar, Tidaklah ada orang yang berakal sebagaimana orang yang mau bertadabbur (berfikir), tidak ada wara` sebagaimana orang yang menahan diri (dari meminta), tidaklah disebut menghitung diri sebagaimana orang yang baik akhlaqnya.”Kisah terakhir ini bukan ingin menceritakan detik-detik kelahiran Beliau sang kekasih Allah, tetapi ingin mengajak kita semua merasakan detik-detik terakhir bersama Rasulullah Muhammad SAW.
Pagi itu, meski langit telah mulai menguning, burung burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, “Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasihNya. Maka taati dan bertaqwalah kepadaNya. Kuwariskan 2 hal pada kalian, Al Quran dan Sunnahku. Barangsiapa mencintai sunnahku, berarti mencintaiku dan kelak orang yagn mencintaiku akan bersama sama masuk surga bersamaku”
Kutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabanya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengna berkaca kaca. Umar dadanya berdegubkencang menaha napas dan tangisnya. Utsman menghela napas panjang. Ali menundukkan kepala dalam dalam…..Isyarat itu telah datang, saatnya telah tiba.
“Rasulullah akan meninggalkan kita semua” desah hati semua sahabat kala itu.
Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda tanda itu semakin kuat tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun mimbar.
Saat itu seluruh sahabat yang hadir serasa Manahan detik detik berlalu. Matahari kian tinggi, tetapi pintu Rasulullah masih tertutup. Di dalamnya Rasulullah sedang terbaring lemah dengan kening berkeringat dan membasahi pelepah kurma yagn menjadi alas tempat tidurnya.
Tiba tida dari luar pintu terdengar seseorang yang berseru mengucapkan salam. “Bolehkah saya masuk?” tanyanya.
Tetapi Fatimah tidak mengijinkannya masuk.
“Maafkanlah, tetapi ayahku sedang sakit” kata Fatimah sambil membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian dia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membukakan mata dan beratnya pada Fatimah.
“Siapakah itu, wahai putriku?”
“Aku tidak kenal ayah, sepertinya baru sekali ini aku melihatnya” tutur Fatimah lembut. Lalu Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu satu garis wajahnya seolah hendak di kenang. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikat maut,” kata Rasulullah.
Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tetapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yagn sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.
“Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” Tanya Rasulullah dengan suara lemah.
“Pintu pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata Jibril. Tetapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
“Engkau tidak senang mendengar kabar ini?” Tanya Jibril lagi.
“Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?”
“Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku ‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya’” kata Jibril. Detik detik semakin dekat, saatnya Izrail melaksanakan tugas. Perlahan ruh Rasulullah di tarik.
Tamapak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat urat lehernya menegang. “Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini’ lirih Rasulullah mengaduh.
Fatimah terpejam, Ali disampingnya menunduk kian dalam dan Jibril membuang muka.
“jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?’ Tanya Rasulullah pada malaikat pengantar wahyu itu.
“Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah di renggut ajal” kata Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi.
“Ya Allah, dasyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan kepada umatku”
Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya, ‘Ushikum bi ash shalati wa ma malakat aimanukuk’ Peliharalah shalatmu dan santuni orang orang lemah di antaramu.
Di luar pintu, tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat sahabat saling berpelukan. Fatimahmenutup wajahnya dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasul yagnmulai kebiruan. ‘Ummati ummati ummati’ dan pupuslah kembang hidup manusia mulia itu.
Siapakah yang disapa lembaut Rasulullah pada detik detik akhir hayatnya? Umatku…umatku…umatku… Inilah Nabi yang membasahi janggutnya dengan air mata akrena memikirkan derita umat sepeninggalnya, yagn merebahkan dirinya di atas tanah dan mengangkatnya sebelum Allah mengizinkannya untuk memberikan syafaat kepada umatnya, yang suka dukanya terpaut dengan umat yang dipimpinnya.
‘Telah datang kepadamu seorang rasul dari kalanganmu sendiri. Berat baginya apa yag kamu derita, sangat ingin agar kamu mendapatkan kebahagiaan. Ia sangat pengasih dan penyayang kepada orang orang yang beriman’ (QS At Taubah, 9:128)
Salam álaik Yaa Rosulloh. Kau begitu mencintai Kami…
Sebagaimana diriwayatkan dalam HR Bukhori:
Jabir RA meriwayatkan, “Nabi SAW selalu bersandar pada sebatang pohon kurma (yang awalnya terletak pada tempat dimana tiang ini berada) ketika melakukan khutbah Jumat, kaum Ansar dengan hormat menawarkan pada Nabi SAW, “Kami dapat membuat sebuah mimbar untukmu, jika engkau menyetujuinya”.
Nabi SAW menyetujuinya .Dan sebuah mimbar yang terdiri dari 3 anak tangga dibangun. Ketika Nabi SAW duduk di atas mimbar ini untuk berkhutbah,
Terdengar batang pohon kurma itu menangis seperti anak kecil. Nabi SAW mendekati pohon yang sedang menangis ini dan kemudian memeluknya.
Rosululloh SAW bersabda : “apakah Engkau tidak ridha dikuburkan disini dan kelak akan bersamaku di surga?” Kemudian Pohon ini terdiam.
(Sekarang ini , tiang dimana pohon kurma itu dulu berada, dikenal dengan sebutan tiang Mukhallaqah)

Pohon kurma ini menangis karena Ia berpisah dengan Nabi SAW.
Pohon ini merasakan kepedihan perpisahan dengan Sang Kekasih Agung….

inilah sebagian kecil kisah agung Rasulullah SAW.

Keagungan Nabi Muhammad saw


Apakah Kita Telah Mengenal Nabi Kita ? Apakah Kita benar-benar kenal Nabi Kita? iaitu kenal secara lahir dan batinnya, jasmani, maknawi dan rohaninya Atau Kita hanya kenal secara lahir sahaja, tidak lebih daripada itu?! Atau Kita kenal secara biasa saja?

Sebenarnya kalau Kita kenal secara lahir dan batin, jasmani, rohaniahnya peribadi Nabi Kita Pasti Kita jatuh hati kepadanya, Kita akan cinta, Kita akan menyebut selalu namanya
Melalui selawat dan ingatan terhadapnya, Kita akan terasa terhutang budi kepadanya
Karana kedatangannya dan jasanya kepada dunia
Muhammad SAW Nabi Kita…
Nabi Kita, Dia seorang manusia istimewa,
Luar biasa yang tiada taranya
Dia adalah manusia yang paling mulia di sisi Allah Taala
Mari kita bercerita tentangnya secara ringkas agar Kita kenal
Nabi Kita sendiri…
Siapa dia yang sebenarnya?
Dia adalah Muhammad anak Abdullah, ibunya Aminah
Bangsa Quraisy dari Bani Hasyim
Nasabnya hingga ke Nabi Ibrahim
Dia adalah anak yatim piatu..
Seorang anak yang tidak pernah dapat bermanja dengan ibu bapanya seperti orang lain
Dia lahir dari keluarga yang miskin dan dipelihara pula oleh keluarga yang miskin
Dia adalah makhluk yang pertama dan utama yang paling dicintai oleh Tuhan
iaitu yang diberi nama Nur Muhammad
Dari Nur Muhammadlah seluruh yang ada dicipta dan diwujudkan
Syurga, Neraka, dunia, Akhirat, para malaikat, Arasy, Kursi, Sirat,
manusia, jin, haiwan, jamadat dan lain-lainnya
Ertinya kalau bukan karana Nabi Muhammad SAW,
Yang lain tidak akan diwujudkan
Kerananya itu Nabi kita membawa rahmat zahir dan batin
Kepada seluruh makhluk Tuhan
Dia adalah makhluk yang awal dari ruh diwujudkan,
sebagai Jasad akhir keturunan para Nabi
Dia adalah satu-satunya Nabi yang diisra’kan dan dimi’rajkan
Mukanya laksana bulan purnama karena cahayanya yang terang
Dia hamba Allah yang paling bertaqwa dan paling takut dengan Tuhan
Karena itulah dia dipanggil Habibullah oleh Allah
Ketua seluruh para Rasul dan para Nabi
Penghulu seluruh orang yang bertaqwa
Imam seluruh manusia
Syariatnya untuk seluruh jin dan manusia dan penutup seluruh syariat
Orang yang memberi syafa’atul kubra di Akhirat dan orang yang pertama
masuk Syurga
Al Quran kitab yang diturunkan kepadanya paling lengkap
Merupakan mukjizatnya yang kekal dan paling agung
Tiada siapa pun yang dapat menirunya
Dia memiliki ilmu dunia dan Akhirat
Sekalipun dia tidak menulis dan membaca
Nabi kita mempunyai akhlak yang paling mulia dan tiada taranya
Bahkan lebih mulia dari para malaikat
Terutama kasih sayangnya kepada manusia begitu terasa
Tawadhu’nya ( rendah diri ) adalah pakaian pribadinya
Karena itulah dia sanggup duduk, makan, minum, tidur, baring dengan
fakir miskin, Menziarahi orang sakit, mengiringi jenazah
Tiada seorang pun yang melihat mukanya melainkan jatuh cinta kepadanya
Bahkan seperti orang mabuk tidak dapat melupakannya
Sangat kasih dan simpati dengan fakir miskin, anak-anak yatim dan
janda-janda
Pemurahnya laksana angin kencang yang sangat laju
Orang yang mampu bergaul dengannya berbagai macam rasa
Adakalanya laksana ibu dan ayah
Adakalanya seperti kawan yang membela dan setia
Adakalanya terasakan bagai guru
Adakalanya sebagai pemimpin
Adakalanya bagaikan Panglima
Setiap orang yang satu majlis dengannya merasakan dapat layanan yang
memuaskan darinya
Akhlaknya yang tinggi membuat Tuhan memuji
Keberaniannya luar biasa
Dia berjalan seorang diri di hadapan musuh-musuhnya
Tidak sedikit pun takut dengan raja-raja
Setiap orang yang meminta tidak pernah dikecewakan, sekalipun
terpaksa berhutang dengan manusia
Ibadahnya banyak
Sembahyangnya hingga bengkak-bengkak kakinya karena terlalu
lama berdiri di hadapan Tuhannya
Tidak pernah mendoakan musuh-musuhnya dengan kejahatan
Sangat suka meminta maaf dan memberi maaf kepada siapa saja
Dia membalas kejahatan orang dengan kebaikan
Satu perbuatan yang luar biasa
Tidak pernah menghina, mencaci dan merendah-rendahkan orang lain
Sangat pemalu dan merendah diri
Sangat menerima alasan ijin seseorang
Sangat tahan menerima ujian dalam berbagai bentuk dan keadaan
Karena itulah dia dapat menjadi ketua Ulul Azmi para Rasul alaihimussolatuwassalam
Dia suka kepada seseorang karena Allah dan murka juga karena Allah
Hatinya selalu terjaga, matanya saja yang tidur tapi hatinya tidak tidur
Karena itulah dia tidur tidak membatalkan wudhunya
Di dalam hidupnya 74 kali terjadi peperangan, 27 kali dia ikut serta
tetapi tidak pernah membunuh musuh-musuhnya walaupun seorang
Karena menegakkan kebenaran, pernah dilemparkan dengan
najis,dilempar dengan batu hingga berdarah, diboikot selama
tiga tahun, dikepung, hendak dibunuh, berhijrah meninggalkan tanah
air dan mendapat berbagai kesusahan dan penderitaan
Kemuliannya di sisi Allah Ta’ala begitu ketara dan terasa
Hingga namanya disandingkan dengan nama Tuhannya
di dalam dua kalimah syahadah sebagai bukti syahnya Islam dengan mengucap namanya bersama dengan nama Tuhannya
Doa yang hendak dikabulkan, awal dan akhir ditutup dengan sholawat kepadanya
Doanya sangat terkabul, bahkan siapa yang berdoa bertawasul dengannya
lebih diterima doanya
Siapa yang banyak berselawat dengannya diberi syafaat di Akhirat
Siapa yang selalu menyebut namanya diturunkan rahmat dan berkat
Mukjizat-mukjizatnya yang banyak menunjukkan kebenarannya
Tertulis khatamun nubuwwah di belikatnya
Peluhnya bak mutiara, wanginya lebih wangi daripada kasturi
Orang tidak dapat menentang matanya karena kehebatan yang terpancar
di wajahnya, musuh-musuhnya pasti menundukkan pandangannya bila
menatapnya
Banyak perkara-perkara ghaib yang dibuka Allah Taala kepadanya
Sehingga sebagian perkara-perkara yang belum terjadi Seperti peristiwa akhir zaman dapat diceritakannya
Terlalu kuat tawakalnya kepada Allah Ta’ala
Hingga makanan yang berlebih tidak disimpan untuk malamnya
Bahkan diberikan kepada yang berhak
Apabila dia buang air, tidak ada kesan membuangnya
Lalat tidak pernah hinggap pada badannya
Kalau dia berpaling, dia berpaling dengan seluruh badannya
Tidak pernah makan seorang diri melainkan berkawan
Tidak pernah mencerca makanan
Kalau dia tidak suka, dia tidak makan-makanan itu
Sangat menghormati dan memuliakan tetamunya
Terlalu menjaga hak-hak sekalipun kepada orang kafir
Terlalu mengutamakan orang lain daripada dirinya sendiri
Tidak pernah melaknat sekalipun binatang
Apa yang dikatakannya ibarat mutiara
hingga sangat mempengaruhi orang yang mendengarnya
Dapat menyatupadukan manusia yang berbagai-bagai etnik, kaum,
bangsa dan yang berlainan warna kulit, bahasa dan budaya
Bahkan dapat menanamkan kasih sayang satu sama lain di kalangan
manusia
Melahirkan manusia yang begitu taat dan patuh kepada syariat Tuhannya
Sangat unggul dalam melahirkan manusia yang tinggi akhlak dan moralnya
Mampu menjadikan dunia bersih daripada noda dan dosa
Sukses menjadikan setiap orang rasa berpuas hati di bawah naungan
pimpinannya sekalipun yang bukan Islam
Mereka merasakan dia adalah pelindung dan penyelamat kepada seluruh
makhluk sekalipun binatang
Itulah dia Muhammad Rasulullah SAW
Itulah dia nabi kita, manusia luar biasa,
Yang istimewa kejadian dan akhlaknya paling sempurna, tiada
tandingannya
Baru sedikit saja kita ceritakan tentangnya, sudah mengagumkan kita
Apakah pribadi yang seperti ini kita tidak jatuh hati kepadanya?
Apakah manusia ini kita bisa melupakan begitu saja?
Apakah kita tidak terasa terhutang budi kepadanya?
Bahkan patut bersyukur kepadanya sepanjang masa
Dapatkah kita samakan dia dengan pemimpin-pemimpin yang lain di
dunia?
Jauh panggang dari api, bagai langit dengan bumi...

sambungan...akan menyusul...

Tuesday, February 15, 2011

Kelahiran Membawa Kerahmatan


Bismillahirahmanirahim....


“Dan kami tidak mengutusmu (Muhammad) melainkan kepada segenap ummat manusia, sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS Saba ’ : 28)  

“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS At Taubah : 128)  

KELAHIRAN RASULULLAH SAW BERDASARKAN SIRAH NABAWIYAH.

Muhammad Rasulullah saw dilahirkan di tengah-tengah keluarga Bani Hasyim di Makkah Al Mukarramah pada hari Isnin,  12 Rabi’ul Awwal permulaan tahun dalam peristiwa gajah (al fiil); bertepatan dengan 20 atau 22 April tahun 571 M iaitu empat puluh tahun setelah berkuasanya Kisra Anusyirwan di Parsi.

Beliau lahir lalu diberi nama Muhammad (yang terpuji), ayahnya Abdullah (hamba Allah), ibunya Aminah (yang memberi rasa aman), datuknya dipanggil Abdul Mutthalib yang namanya adalah Syaibah (orang tua yang bijaksana) sementara bidan yang membantu ibunya melahirkannya bernama Asy-Syifa’ (yang sempurna dan sehat) yang juga adalah ibu dari sahabat Abdur Rahman bin ‘Auf ra manakala perempuan yang menyusukan Muhammad saw adalah Halimah As-Sa’diyah.

TRADISI PERINGATAN MAULID (KELAHIRAN) NABI SAW

Tradisi perayaan Maulid yang diselenggarakan oleh hampir seluruh masyarakat muslim sekarang ini bukanlah satu warisan dari Nabi Muhammad saw sejak masa hayatnya. Namun peringatan maulid ini adalah satu keputusan bijak yang ditetapkan oleh Salahuddin Al Ayyubi yang memerintah Mesir dan Syria pada tahun-tahun 564 – 589 M / 1169-1193 H.

Berbagai pendapat telah berkembang tentang kebolehan, keutamaan dan hikmah bahkan juga penolakan terhadap tradisi diadakan peringatan Maulid Nabi saw ini.

Ada beberapa tujuan yang penting dalam peringatan Maulid Nabi ini, di antaranya ialah memperkukuhkan keimanan kepada Allah dan Rasulullah saw melalui usaha menanamkan pada diri generasi baru :

  1. Kecintaan kepada Nabi saw yang melahirkan ketaatan kepada Allah dan Rasulullah saw.
  2. Sikap untuk mengikuti sunnah Rasulullah saw sehingga suri tauladan kehidupan (uswah hasanah) Nabi Muhammad saw dapat diserap dan diterapkan dalam fikiran dan perilaku mereka.

Untuk mengetahui lebih mendalam tentang sejarah tauladan Rasulullah dan para sahabat Nabi radhiyallahu ‘anhum, tentulah diperlukan bahan rujukan dalam mengajarkan nilai-nilai yang terkandung dalam sejarah dan sunnah Rasulullah saw ini.

Rasulullah saw pernah berpesan bahwa dua pusaka abadi yang beliau wariskan kepada ummatnya adalah :

  1. Al Qur’an.
  2. Sunnah Rasulullah saw.

Tradisi memperingati Maulid Nabi semestinya diubah menjadi sebuah tradisi Islam yang sangat bermanfaat bagi kaum muslimin di mana dalam acara-acara peringatan Maulid Nabi dapat didengarkan dan dihayati contoh tauladan kehidupan Rasulullah saw.

Memperingati Maulid (kelahiran) Nabi Muhammad saw bermakna, secara sedar, kita menyusuri pekerti agung seorang yang terpilih.

1.      Jelas nasabnya.
2.      Jujur.
3.      Amanah.
4.      Baik budi pekertinya.
5.      Penyantun.
6.      Pemaaf.

Semua sifat-sifat di atas adalah sebagai uswah hasanah (contoh tauladan yang baik) bagi setiap mukmin yang percaya kepada Allah dan hari akhirat .

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah saw itu contoh tauladan yang baik bagimu (iaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangannya) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah (zikrullah).” (QS Al Ahzab : 21)

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS Al-Anbiya’ : 107)

Muhammad saw adalah seorang yang istimewa dan baginda adalah Rasul pilihan Allah di antara banyak rasul sebelumnya.

Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul.” (QS Ali Imran :144)

Bahkan baginda menjadi penutup Nabi-Nabi.

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS Al-Ahzab : 40)

Jadi makna hakiki dari memperingati Maulid Nabi saw mestilah diinsafi bahwa ianya bukan sekadar amalan ‘ritual’ keagamaan semata-mata, namun hendaklah ditujukan ke arah introspeksi sepenuhnya terhadap diri kita sendiri bagi meningkatkan kualiti :

  1. Hidup beragama.
  2. Peningkatan ibadah.
  3. Pergaulan dengan masyarakat.

REFLEKSI PERINGATAN MAULID, MENELADANI RASULULLAH SAW

Salah satu refleksi peringatan maulid adalah mengambil keteladanan Nabi Muhammad saw yang telah mengeluarkan ummat manusia dari lembah :

1.      Kemiskinan harta.
2.      Kemiskinan ilmu.
3.      Kemiskinan akhlak.
4.      Kemiskinan pemikiran dan kerohanian.
5.      Kemiskinan persaudaraan.

Muhammad saw mengeluarkan ummat dari kemiskinan harta dengan memacu kepada usaha individu dengan memberi benih untuk ditanam bukan menyediakan nasi untuk dimakan.

Petunjuk yang tersirat dalam beberapa sabda Rasulullah saw di antaranya :

“Bekerjalah kamu untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya dan berusahalah kamu untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati esok hari.” (HR Ibnu ‘Asakir)

Dalam kehidupannya Rasulullah saw telah memberi contoh tauladan yang baik iaitu tidak pernah menolak pengemis yang datang ke rumahnya. Bahkan sering para pengemis diberi benih kurma untuk ditanam sehingga mereka dapat memberi makan kepada anak cucu mereka.

Rasulullah saw sangat menghargai makna sebuah kerja.

Etos kerja Islam merupakan manifestasi kepercayaan muslim yang memiliki kaitan dengan tujuan hidup yang hakiki iaitu ridha Allah swt dalam meraih prestasi di dunia dan akhirat.

Selain itu, Nabi Muhammad saw juga mendorong ummat agar tidak miskin ilmu.

Beliau saw memberi pesanan dengan mengingatkan,

“Barangsiapa yang menginginkan dunia mestilah dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan akhirat mestilah dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kedua-keduanya mestilah dengan ilmu”. (HR Muttafaqun ‘Alaih)

Dengan ilmu yang diredhai Allah maka seseorang dianggap sebagai pewaris Nabi dan dengan ilmu, kebahagiaan di dunia akhirat dapat di raih.

Nabi Muhammad saw mendorong agar manusia tidak menjadi miskin pemikiran. Apabila pemikiran sehat, memancarlah bayangan kesehatan itu pada perilaku kehidupan sehari-hari.

Risalah Islamiyah adalah suatu anugerah bagi ummat manusia. Nabi Muhammad saw telah berhasil membawa masyarakat jahiliyah yang miskin pemikiran menjadi masyarakat yang luhur, berakhlak, memiliki sopan santun dan beradab dalam pergaulan dengan menghidupkan empat sikap utama.

1.      “Syaja‘ah” ertinya berani pada kebenaran dan takut pada kesalahan dan dosa.

2.      “Iffah” ertinya pandai menjaga kehormatan diri samada lahir atau batin.

3.      “Hikmah” ertinya tahu rahsia diri dan pengalaman hidup.

4.      “’Adalah” ertinya adil walaupun pada diri sendiri.

Nabi Muhammad saw adalah peribadi teladan yang mesti menjadi idola kepada kaum muslimin.

  1. Setiap langkahnya sentiasa di bawah pengawasan Ilahi.
  2. Tindakan dan ucapannya adalah mutiara yang berharga.
  3. Tatacara kehidupannya menjadi landasan pembentukan akhlak ummatnya dalam beramal dan menjadi hukum yang ditaati.

Tiada seorangpun yang dapat meragukan keagungan peribadi Rasulullah saw.

KEPERIBADIAN RASULULLAH SAW MENJADI CONTOH TAULADAN DALAM SEGALA PERKARA.

Rasulullah saw adalah menjadi contoh tauladan dalam semua keadaan :

1.      Sebagai suami.
2.      Sebagai ayah.
3.      Sebagai guru.
4.      Sebagai tokoh.
5.      Sebagai ahli strategi.
6.      Sebagai ahli ekonomi.
7.      Sebagai pejuang hak-hak asasi manusia.
8.      Sebagai ketua negara.

Keteladanan Nabi Muhammad saw mampu mengubah sistem dan tatacara kehidupan yang ada ke arah yang lebih baik dan bertujuan mulia iaitu “negeri yang baik dan makmur serta mendapat keampunan Tuhan”.

Nilai-nilai keteladanan tersebut hendaknya menjadi warisan yang paling berharga bagi kita ummat manusia tanpa terkecuali.

1.      Setiap niat yang kita bulatkan.
2.      Setiap langkah yang kita ayunkan.
3.      Setiap pernyataan yang kita ikrarkan.
4.      Setiap perbuatan yang kita lakukan.

Semua unsur-unsur di atas merupakan cerminan dan keteladanan Rasulullah saw yang mesti diterapkan dalam kehidupan kita.

Maka dalam usaha untuk mengikuti ajaran beliau, sudah semestinya sifat beliau menjadi jatidiri seorang muslim.

Di antara sifat mulia yang beliau miliki adalah sifat ‘shiddiq’ sehingga Rasulullah saw diberi gelaran Al Amin (orang yang boleh dipercayai).

“Shiddiq” ertinya benar atau jujur, lawan kepada dusta atau bohong. Seorang muslim dituntut memiliki sifat shiddiq dalam keadaan benar lahir mahupun batin.

PERTAMA : “SHIDQUL QALB”.

Iaitu benar hati atau kejujuran hati nurani yang hanya dapat dicapai jika hati dihiasi dengan iman kepada Allah swt dan bersih dari segala macam penyakit hati. Sifat ini akan mencapai kematangan apabila didukung dengan sifat ihsan.

KEDUA : “SHIDQUL HADITS”.

Iaitu benar atau jujur dalam ucapan dan perkataan. Seseorang boleh dikatakan jujur dalam perkataan apabila semua yang diucapkannya adalah suatu kebenaran bukan kebatilan.

KETIGA : “SHIDQUL AMAL”.

Iaitu benar perbuatan atau beramal soleh sesuai dengan syari’at Islam.

Sifat ‘shiddiq’ menghantarkan seseorang ke pintu gerbang kebahagiaan baik di dunia mahupun di akhirat sesuai dengan sabda Rasulullah saw berikut :

“Hendaklah kamu semua bersikap jujur, kerana kejujuran membawa kepada kebaikan dan kebaikan membawa ke syurga. Seseorang yang telah jujur dan mencari kejujuran akan ditulis oleh Allah sebaqai seorang yang jujur (shiddiq). Dan jauhilah sifat bohong, kerana kebohongan membawa kepada kejahatan, dan kejahatan membawa ke neraka. Orang yang se1a1u berbohong dan mencari-cari kebohongan, akan ditulis oleh Allah sebaqai pembohong (kazzab)”. (HR Bukhari)

Sifat shiddiq adalah “lubuk emas” dalam diri seseorang yang sangat berharga dan sifat inilah yang dijadikan ukuran kepercayaan orang lain kepadanya.

Apabila seseorang telah kehilangan sifat ‘shiddiq’, maka hilanglah jati dirinya, kerana tiada yang mahu mempercayainya. Sikap ini pula yang amat diperlukan di dalam membangun bangsa dan negara tercinta ini.

NILAI UTAMA DALAM PERINGATAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW

Memperingati “maulidul-rasul” sebenarnya menanamkan keinginan yang kuat untuk  mengikuti jejak langkah sunnah Rasulullah saw yang di wariskannya sesuai dengan wahyu Allah tentang perutusan Muhammad Rasulullah saw menjadi “Rahmat bagi seluruh alam” dan rela menjadikannya “uswah hasanah”.

Contoh keteladanan yang teramat sempurna dari “Nabi terakhir” yang telah melakukan perubahan menyeluruh terhadap berbagai perilaku ke arah yang lebih baik dalam kehidupan manusia iaitu dari :

  1. Keadaan kegelapan tatacara kehidupan kepada peradaban yang terang benderang.
  2. Sifat kebohongan dan ketidakpercayaan kepada sikap ketelusan dan kejujuran.
  3. Kesempitan  hidup kepada kehidupan yang penuh cahaya.

Hendaklah kita sedari sungguh-sungguh bahwa kehadiran manusia di permukaan bumi ini perlu memikul dua tugas utama :

1.      Untuk melakukan “ ishlah” iaitu perubahan dan pembaikan.

2.      Untuk menjadi “uswah” iaitu contoh utama dalam peranan kekhalifahannya.

Tanpa kedua sikap ini, sebenarnya kewujudan manusia tidak dapat memberi kesan yang nyata.

Perubahan yang di bawa oleh Rasulullah saw berdasarkan bimbingan Wahyu Allah swt menuntun manusia kepada fitrahnya menjadi ummat yang :

  1. Bertuhan.
  2. Berakhlaq.
  3. Berbudi pekerti.

Perubahan yang berlaku tidak semata-mata bertumpu kepada keinginan peribadi, tetapi sentiasa dengan bimbingan Al Khaliq, Yang Maha Pencipta dan perilaku manusia yang mendapat bimbingan wahyu Allah dan sunnah Rasul saw ini pasti terjauh dari apa-apa pertentangan dalam kehidupan manusia.

Inilah perbezaan yang mendasar dalam hal perubahan yang di lakukan oleh “reformer” lainnya yang sering melahirkan pemaksaan kehendak, tindakan kekerasan bahkan sikap ‘anarki’.

Perubahan berdasarkan Sunnah Rasulullah saw berasaskan kepada “Syari’at Islam” dan berintikan proses perubahan dan perbaikan berbentuk :

1.        “Tajdid” (pemurnian).

2.        “Ishlah” (pembaikan dan penyempurnaan).

3.      “Taghyir” (perubahan sikap).

Perubahan ini adalah perubahan perilaku yang berperadaban tanpa merosakkan.

Ajaran Islam memperingatkan ummatnya untuk menghindarkan diri dari tindakan merosakkan samada dalam tata cara perilaku mahupun pemikiran dengan berusaha untuk menjauhi pemaksaan kehendak.

Agama Islam menghormati prinsip tidak ada paksaan dalam agama.

Kewajiban yang asasi adalah melakukan musyawarah dalam setiap urusan. Teguh identitinya dan proaktif dalam mengajak dan mengamalkan kebaikan-kebaikan dan dalam masa yang sama menolak setiap kejahatan dan kerosakan.

Gerakan “ amar makruf nahi munkar”  bertujuan untuk melawan segala corak kemaksiatan yang menyangkut tatacara dan hubungan peribadi, keluarga, masyarakat, lingkungan, bangsa dan negara.

Tujuan utamanya ialah menciptakan ummat yang berkualiti atau “khaira ummah” atas dasar iman kepada Allah. ‘Intensiti’ yang tinggi berpaksi dalam menggairahkan perlumbaan kepada kebaikan.

Ajaran Islam telah terbukti dalam sejarah panjang peradaban manusia berhasil menciptakan suatu komuniti ummat yang kian hari bertambah jumlahnya sampai akhir zaman.

Perutusan Rasulullah saw mencatatkan kegelapan perilaku kehidupan jahiliyah masa lalu, antara lain seperti yang dikatakan oleh Jaafar Bin Abu Talib ketika menceritakan keadaan kehidupan mereka sebelum Islam kepada Raja Najasyi ketika di Habshah :

“Kami adalah orang jahiliyah, penyembah berhala (kepatuhan kepada selain Allah dengan menggunakan kedudukan, kekuasaan, harta kekayaan), pemakan bangkai (tidak mengenal halal-haram), memutus silaturrahim (dengan penindasan, sikap anarki, gangguan), berbuat bencana terhadap jiran tetangga, dan perbuatan keji (judi, rompak, rasuah, zina) , sehingga yang kuat menelan yang lemah (sombong kekuasaan, penompokan kekuatan golongan dan kelompok). Sampai Allah mengutus kepada kami seorang Rasul dari kalangan kami sendiri, yakni Muhammad saw yang sangat kami kenal nasab, kebenaran, kejujuran, amanah dan baik budi pekertinya. Oleh kerana itu kami mempercayainya, dan kami benarkan risalahnya.” (HR Bukhari dan Abu Daud)

Hadist ini memberi beberapa pengajaran kepada kita :

PERTAMA : Risalah Rasulullah saw diterima kerana kejujuran pembawanya iaitu peribadi Muhammad Al-Amin.

KEDUA : Keutamaan Wahyu Allah mampu merombak tata perilaku kehidupan masyarakat secara menyeluruh.

KETIGA : Keteguhan ummat dengan tingkatan istiqamah yang tinggi dalam kerangka jihad di jalan Allah.

KEEMPAT : Teguhnya keyakinan kepada kehidupan ukhrawi, bahwa hidup tidak semata-mata bersifat fizikal dan materialistik.

KELIMA : Kecerdasan ummat melihat ketinggian Agama Islam yang membawa konsep hidup yang terbaik.

Kelima-lima faktor di atas akan menjadi pembangkit utama Pergerakan Islam sebagai kekuatan alternatif pada masa depan.

Ummat Islam hari ini di tuntut untuk berperanan aktif sebagai :

1.      Pengisi konsep.

2.      Penggerak kehidupan duniawi.

Agama Islam tidak hanya terikat dengan ibadah dalam ertinya yang sempit seperti puasa, solat, zikir dan doa malah mampu membangun amalan yang soleh dalam membentuk kualiti hidup kebaikan di dunia dan di akhirat.

Dalam rangka inilah kita peringati Maulid Nabi saw.

Ya Allah, jadikanlah peringatan Maulid NabiMu benar-benar memberi kesan kepada azam dan tekad kami untuk kami mengikuti dan menyusuri akhlak dan peribadi mulia baginda saw. Kurniakanlah syafaat NabiMu kepada kami di akhirat nanti serta tempatkanlah NabiMu pada maqam yang tinggi di syurgaMu nanti.

Ameen Ya Rabbal Alameen

Monday, February 7, 2011

Hikmah Sabar Menghadapi Ujian dan Musibah

Bismillahirahmanirahim...

Seringkali apabila manusia diuji dengan musibah mereka keluh kesah dan merana. Tapi ketahuilah bahawa di sebalik musbah itu ada hikmah yang sangat besar.

Nabi bersabda :-
                           إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مع عِظَمِ الْبَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ إذا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رضى فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ:
Ertinya: Sesungguhnya besarnya balasan baik adalah dengan besarnya ujian dan bala (tahap ganjaran adalah setimpal dengan tahap kesukaran mihna’), dan Allah s.w.t apabila kasihkan satu kaum lalu akan didatangkan baginya ujian, sesiapa yang mampu redha maka ia beroleh redha Allah dan barangsiapa yang ingkar , maka akan beroleh azab Allah.” ( Riwayat At-Tirmizi, 4/601 ; Tuhfatul Ahwazi, 7/65 ; Albani : Hasan Sohih)

Mukmin Tulen Sentiasa Tabah dengan ciri seorang mukmin tulen sebagaimana kata Nabi s.a.w :
-عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُErtinya : Amat dikagumi sifat orang mukmin, iaitu semua urusan yang menimpanya adalah baik, dan tidaklah seorang mukmin itu kecuali apabila di timpa kebaikan, ia bersyukur lalu menjadi kebaikan baginya; dan bila ditimpa musibah keburukan, ia bersabar dan menjadi kebaikan baginya apabila ia ditimpa” ( Riwayat Muslim)


Abu Zakaria Ansari berkata, “Sabar merupakan kemampuan seseorang dalam mengendalikan dirinya terhadap sesuatu yang terjadi, baik yang disenanginya maupun yang dibencinya.” Abu Ali Daqaq mengatakan, “Hakikat sabar ialah
keluar dari suatu bencana sebagaimana sebelum terjadi bencana itu.” Dan Imam al-Ghazali mengatakan, “Sabar ialah suatu keadaan jiwa yang terjadi karena dorongan ajaran agama dalam mengendalikan hawa nafsu.”


Dengan demikian, sabar dapat bererti kosisten dalam melaksanakan semua perintah Allah dalam segala keadaan. Berani menghadapi kesulitan dan tabah dalam menghadapi dugaan selama dalam perjuangan untuk mencapai tujuan.
Karena itu, sabar erat hubungannya dengan pengendalian diri, sikap, dan emosi. Apabila seseorang telah mampu mengawal mengendalikan nafsunya, maka sikap/sifat sabar akan tercipta.


Selanjutnya, sabar juga bererti teguh hati tanpa mengeluh, saat ditimpa bencana. Jadi yang dimaksud dengan sabar menurut pengertian Islam ialah rela dan redho menerima sesuatu yang tidak disenangi dengan rasa ikhlas serta
berserah diri kepada Allah. Dan dapat pula dikatakan bahwa secara umum sabar itu ialah kemampuan atau daya tahan manusia menguasai sifat destruktif yang terdapat dalam tubuh setiap orang. Jadi, sabar itu mengandungi unsur perjuangan tidak menyerah dan menerima begitu saja.


Sabar itu membentuk jiwa manusia menjadi kuat dan teguh tatkala menghadapi bencana (musibah). Jiwanya tidak bergoncang, tidak gelisah, tidak panik, tidak hilang keseimbangan, tidak berubah pendirian. Tak ubahnya laksana
batu karang di tengah lautan yang tidak bergeser sedikit pun tatkala dipukul ombak dan gelombang yang bergulung-gulung.


Sifat sabar itu hanya dikurniakan Tuhan kepada manusia, tidak kepada makhluk yang lain. Sebab, di samping manusia mempunyai hawa nafsu, ia juga dianugerahi akal untuk mengendalikan hawa nafsu itu supaya jangan sampai
merosak atau merugikan. Sedang makhluk haiwani hanya diperlengkapi dengan hawa nafsu, tidak mempunyai akal. Oleh sebab itu ia tidak mampu bersikap sabar. Malaikat juga tidak memerlukan sifat sabar, karena ia tidak memiliki hawa nafsu.

Sirah para anbiya’, ulama kaya dengan kisah-kisah kesabaran insan-insan pilihan Allah (seperti kisah yang diketahui ramai tentang ketabahan nabi Ayyub a.s. tabah menghadapi pelbagai ujian). Bagaimanapun, bagi orang-orang awam (kebanyakan) bilakh kita mengetahui bahawa kita telah mampu dengan izin Allah bersabar menghadapi ujian yang besar. Seorang alim ditanyakan apakah tanda-tanda bahawa seseorang itu telah mencapai tahap kesabaran yang tinggi jawab beliau: apabila hamba Allah tersebut telah sampai ke satu tahap di saat hebatnya musibah di mana kebanyakan orang akan cenderung untuk berkata mampukah lagi aku bersabar? Namun biarpun di saat yang getir sedemikian dia masih mampu reda dan sabar, maka itulah satu tanda dia mencapai tahap kesabaran yang tinggi.

Sama-samalah kita berdoa agar Allah mengurniakan kita dengan sifat yang amat sinonim dengan Mukmin sejati ini, yang begitu mudah dilafazkan lisan namun tidak enteng diterjemahkan dalam kehidupan di saat musibah melanda.

Wallahu ‘a’lam